Monday, July 30, 2007

- Merasa Seperti Neraka, Hiduplah Di Surga -


Masuk ke tempat kerja paling pertama, mati lampu. Orang-orang yang datang belakangan langsung diserang oleh kantuk yang tadi sudah susah-susah dilenyapkan. Saya asik terus selonjoran di kursi terpanjang, dan terus berbicara tentang kopi.

"yah minimal air kelapa..", tapi tidak ada reaksi. Mati lampu.

Semua mencari kegiatan. Pelarian. Beres-beres meja, cuci-cuci gelas, coret-coret kertas. Pelarian. Saya masih selonjoran di kursi terpanjang, dengan muka berbinar, tangan yang wangi sabun, menggenggam segelas teh tanpa rokok. Senyum-senyum tanpa mau lagi banyak bicara.

"Kenapa kau ?", tanya satu dari mereka yang melarikan kantuknya dengan koran.
"hahaha..", saya mencomot rokok dari kantongnya.

Hari ini sepertinya santai, jadi mari ngobrol dengan santai.
Si bos mau ke jakarta siang nanti, jadi mau beli oleh2 buat orang2 disana. Karena satu2nya orang yg masuk akal adalah saya, jadilah saya diajak keliling kota. Beli markisa, minyak tawon, dan beberapa blahblah entah apa lagi. Saya dapet sekotak ekspresso, sekotak rokok, dan segenggam koin 500-an.

"summer time..and living is easy", lalu saya nikmatin seruput terakhir ekspresso.
"mabok apa lagi nih ?", si bos nanya santai, sok dewasa. Tapi mupeng.
"summer time..and living is easy", sibuk ngitungin koin, saya gak ngejawab.

Diatas mobil, saya ngeliat lagi betapa rusuhnya Makassar malem minggu kemaren. 40 sampai 30 jam yang lalu. Kendaraan2 yang gak bisa jalan pelan, orang2 yang gak bisa ngomong pelan, dan musik2 yang gak bisa disetel pelan. Saya liat itu semua dari puluhan kilometer seberang laut.


Beberapa jam kemudian di hari yang sama di sekat2 tempat kami bekerja, setelah beberapa kali presentasi backsound yang gagal, saya didatengin sama si bagian keuangan. Refleks, saya langsung mikirin utang, atau kemungkinan pelanggaran2 disiplin yang laen selama stengah bulan kerja.

"mau gajimu sekarang, atau bareng sama anak2 yang laen ?"

Saya ngelirik kiri kanan, dan ngeliat keluar jendela. Sore yang baik.
Senin sore yang baik.
Terlalu baik untuk berakhir diduitin.

"besok ajalah"

No comments: